Selasa, 02 Desember 2014

Kujang Pusaka Asli Dengan 1001 Manfaat

Pusaka Kujang Hasil Penarikan Gaib - Kunjungi www.PusakaPrabuSiliwangi.com atau KLIK DI SINI

pusaka kujang alam gaib


Tuah/Yoni/Fungsi Sebagai

Adapaun Pusaka Kujang  ini tidak sembarangan, yaitu secara khusus dan istimewa mempunyai daya tuah/ manfaat untuk kejayaan dan kekayaan tingkat tinggi, kewibawaan & kharisma yang sangat luar biasa, “sebagai sarana pegangan dan senjata” utama untuk bisa memenangkan kanca politik, jabatan seperti CAGUB, CAPRES, CABUB, Camat, Kepala Desa, dan pencalonan lainnya untuk mendapatkan posisi atas / posisi sangat penting dalam dunia politik, bisnis, kekuasaan, atau posisi dalam usaha keluarga, serta kekuatan dan kemampuan kharisma yang istimewa yang mampu mempengaruhi banyak orang dengan bicara saja. Untuk lebih jelasnya Anda dapat menyimak manfaat utama lainnya secara terperinci pada keterangan di bawah ini:
Energi khodam Pusaka Kujang  Siliwangi mampu membuat Anda mendapatkan kejayaan dan kekayaan dalam hidup.
Pendukung Jabatan, untuk merebutkan dan mendapatkan posisi / jabatan maupun mempertahankan jabatan Anda.
Memunculkan energi kewibawaan dan kharisma tinggi yang sangat kuat sehingga orang-orang tanpa terkecuali, akan menghormati dan segan dengan Anda.
Membuat orang lain menjadi patuh dalam perintah dan saran Anda.
Membuat Anda menjadi pemimpin yang mampu mengatur serta disegani oleh siapa pun yang Anda pimpin.
Khodam Pusaka Kujang   akan membantu Anda dalam memenangkan segala  bentuk persaingan, baik politik, bisnis, maupun pergolakan bisnis usaha keluarga.
Membuat Anda jauh lebih mudah untuk medapatkan pendukung dan memenangkan perkara politik.
Membantu Anda meraih jabatan / posisi yang Anda inginkan di dalam perusahaan atau lahan bisnis.
Menjadikan diri Anda terhindar dari fitnah yang dibuat oleh lawan maupun kawan.
Mempengaruhi alam jiwa dan naluri orang-orang yang tadinya membenci atau tidak suka Anda agar berubah tunduk dan takluk kepada Anda, sehingga suka dan menghormati Anda.
Meningkatkan skill / keahlian Anda dalam berbicara dan tampil alami di depan banyak orang/ umum.
Semua ucapan yang Anda sampaikan akan berkesan dan menjadi sebuah hal yang akan ditaati.
Memudahkan Anda menjalin dhubungan dan menemukan rekan/ relasi baik bisnis dan politik sebanyak mungkin.
Energi Pusaka Kujang akan membuat Anda lebih mudah mendapatkan dukungan orang lain dalam memenangkan suatu perkara.
Saran dan ucapan Anda mampu meredakan emosi seseorang serta mendamaikan segala perkara.
Meningkatkan peluang dan kesempatan besar dalam memenangkan segala macam kompetisi dan pemilihan.
Menajdikan orang lain sangat percaya pada diri Anda.
Anda akan lebih mudah meluluhkan atasan atau pun bawahan dan rekan Anda.
Berfungsi untuk mempertahankan jabatan dan posisi yang Anda inginkan.
Membuat orang lain dengan sukarela dan ikhlas memenuhi dan mematuhi apa yang Anda perintahkan.
Gertakan Anda mampu membuat orang lain gugup, gentar dan gemetar sampai tidak berkutik.
Memunculkan kharisma yang sangat kuat di hadapan siapapun, lawan atau kawan.
Sebagai sarana untuk mencapai kesuksesan, kejayaan, kekayaan lahir dan batin.
Khodam Pusaka Kujang akan selalu melindungi Anda dari segala macam ancaman baik yang bersifat fisik dan metafisika atau ghaib, santet, pelet, guna-guna dls.
Anda akan mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih bijaksana dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Meningkatkan potensi besar dalam diri Anda agar Anda mudah sukses dan berhasil di dalam segala hal dan segala bidang yang Anda minati dan inginkan.
Meningkatkan dan memunculkan kekuatan dalam mendatangkan dan menguasai berbagai macam ilmu baik yang bersifat nyata maupun ghaib.
Memudahkan Anda menemukan jalan/cara menuju kesuksesan dan kejayaan, keberhasilan dalam segala hajat.
Memunculkan rasa percaya diri yang sangat tinggi.
Menjadikan diri Anda menjadi pribadi yang mantap, bahagia dan sehat sentosa dengan energi Pusaka Kujang  Siliwangi.
Memperluas kesempatan Anda dalam mendapatkan berbagai keberuntungan dalam hidup dan segala bidang.
Memudahkan diri Anda untuk kuat berfikir, cerdas dan berkuasa, berkualitas dalam segala bidang dan mampu memimpin dan menjadi panutan serta anugrah kekuasaan.
Pusaka Kujang  menjadi wasilah sarana keselamatan dan perlindungan diri serta keluarga Anda.
Pusaka Kujang   sebagai saran untuk kesaktian dan kekuatan supranatural, sarana raga sukma dan perjalanan astral.

Cara Menggunaan Pusaka Kujang
Cara penggunaannya sangat mudah. Pusaka Kujang  bisa Anda bawa disaat membutuhkan, di taruh di tas atau mobil, sangat tepat jika Anda simpan di rumah atau tempat usaha atau kantor tempat kerja. Pusaka Kujang Siliwangi boleh digunakan oleh siapapun tanpa terkecuali. Tidak ada pantangan ataupun efek samping bagi pemilik/pengguna Pusaka Kujang . . Boleh dimiliki agama apapun. Akan kami ajarkan mantra cara memanfaatkan energi dan khodam pusaka ini...

Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram. Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata. Menurut Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII, kujang adalah senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian masyarakat Sunda Deskripsi Kujang dikenal sebagai senjata tradisional masyarakat Jawa Barat (Sunda) yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan magis. Beberapa peneliti[siapa?] menyatakan bahwa istilah "kujang" berasal dari kata kudihyang (kudi dan Hyang. Kujang (juga) berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia atau manusa. Manusia yang sakti sebagaimana Prabu Siliwangi. Kudi diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit[rujukan?]. Senjata ini juga disimpan sebagai pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya dengan meletakkannya di dalam sebuah peti atau tempat tertentu di dalam rumah atau dengan meletakkannya di atas tempat tidur (Hazeu, 1904 : 405-406). Sementara itu, Hyang dapat disejajarkan dengan pengertian Dewa dalam beberapa mitologi, namun bagi masyarakat Sunda Hyang mempunyai arti dan kedudukan di atas Dewa, hal ini tercermin di dalam ajaran “Dasa Prebakti” yang tercermin dalam naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian disebutkan “Dewa bakti di Hyang”. Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para dewa (=Hyang), dan sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Jawa Barat (Sunda). Sebagai lambang atau simbol dengan niali-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, Kujang dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa lambang organisasi serta pemerintahan. Disamping itu, Kujang pun dipakai pula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi, kesatuan dan tentunya dipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat. Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Pernyataan ini tertera dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1518 M) maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah diantaranya di daerah Rancah, Ciamis. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang sebagai peralatan berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini pada masyarakat Baduy, Banten dan Pancer Pangawinan di Sukabumi. "Segala macam hasil tempaan, ada tiga macam yang berbeda. Senjata sang prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut, keris. Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh. Senjata orang tani ialah: kujang, baliung, patik, kored, pisau sadap. Detya yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk mengambil apa yang dapat dikecap dan diminum. Senjata sang pendeta ialah: kala katri, peso raut, peso dongdang, pangot, pakisi. Danawa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk mengerat segala sesuatu, Itulah ketiga jenis senjata yang berbeda pada sang prebu, pada petani, pada pendeta. Demikianlah bila kita ingin tahu semuanya, tanyalah pandai besi." — Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII. Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru kujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan lahir antara abad 9 sampai abad 12. Bagian-bagian Kujang Karakteristik sebuah kujang memiliki sisi tajaman dan nama bagian, antara lain : papatuk/congo (ujung kujang yang menyerupai panah), eluk/silih (lekukan pada bagian punggung), tadah (lengkungan menonjol pada bagian perut) dan mata (lubang kecil yang ditutupi logam emas dan perak). Selain bentuk karakteristik bahan kujang sangat unik cenderung tipis, bahannya bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam. Dalam Pantun Bogor sebagaimana dituturkan oleh Anis Djatisunda (996-2000), kujang memiliki beragam fungsi dan bentuk. Berdasarkan fungsi, kujang terbagi empat antara lain : Kujang Pusaka (lambang keagungan dan pelindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak (sebagai alat upacara) dan Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang). Sedangkan berdasarkan bentuk bilah ada yang disebut Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan), Kujang Ciung (menyerupai burung ciung), Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango), Kujang Badak (menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga) dan Kujang Bangkong (menyerupai katak). Disamping itu terdapat pula tipologi bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan Mitologi Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah yang sangat luhur terhadap Kujang sebagai; Ku-Jang-ji rek neruskeun padamelan sepuh karuhun urang Janji untuk meneruskan perjuangan sepuh karuhun urang/ nenek moyang yaitu menegakan cara-ciri manusa dan cara ciri bangsa. Apa itu? Cara-ciri Manusia ada 5 1. Welas Asih (Cinta Kasih), 2. Tatakrama (Etika Berprilaku), 3. Undak Usuk (Etika Berbahasa), 3. Budi Daya Budi Basa, 5. Wiwaha Yuda Na Raga ("Ngaji Badan". Cara-ciri Bangsa ada 5 1. Rupa, 2. Basa, 3. Adat, 4. Aksara, 5. Kebudayaan Sebetulnya masih banyak falsafah yang tersirat dari Kujang yang bukan sekedar senjata untuk menaklukan musuh pada saat perang ataupun hanya sekedar digunakan sebagai alat bantu lainnya.

Pusaka Kujang Alam Gaib ASLI dan BERTUAH

Pusaka Kujang Alam Gaib ASLI dan BERTUAH - Kunjungi www.PusakaPrabuSiliwangi.com atau KLIK DI SINI

pusaka kujang alam gaib


Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.

Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.

Menurut Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII, kujang adalah senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian masyarakat Sunda.

Kujang dikenal sebagai benda tradisional masyarakat Jawa Barat (Sunda) yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan magis. Beberapa peneliti[siapa?] menyatakan bahwa istilah "kujang" berasal dari kata kudihyang (kudi dan Hyang. Kujang (juga) berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia atau manusa. Manusia yang sakti sebagaimana Prabu Siliwangi.

Kudi diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit[butuh rujukan]. Senjata ini juga disimpan sebagai pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya dengan meletakkannya di dalam sebuah peti atau tempat tertentu di dalam rumah atau dengan meletakkannya di atas tempat tidur (Hazeu, 1904 : 405-406). Sementara itu, Hyang dapat disejajarkan dengan pengertian Dewa dalam beberapa mitologi, namun bagi masyarakat Sunda Hyang mempunyai arti dan kedudukan di atas Dewa, hal ini tercermin di dalam ajaran “Dasa Prebakti” yang tercermin dalam naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian disebutkan “Dewa bakti di Hyang”.

Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para dewa (=Hyang), dan sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Jawa Barat (Sunda). Sebagai lambang atau simbol dengan niali-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, Kujang dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa lambang organisasi serta pemerintahan. Disamping itu, Kujang pun dipakai pula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi, kesatuan dan tentunya dipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat.

Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Pernyataan ini tertera dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1518 M) maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah diantaranya di daerah Rancah, Ciamis. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang sebagai peralatan berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini pada masyarakat Baduy, Banten dan Pancer Pangawinan di Sukabumi.

    "Segala macam hasil tempaan, ada tiga macam yang berbeda. Senjata sang prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut, keris. Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh. Senjata orang tani ialah: kujang, baliung, patik, kored, pisau sadap. Detya yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk mengambil apa yang dapat dikecap dan diminum. Senjata sang pendeta ialah: kala katri, peso raut, peso dongdang, pangot, pakisi. Danawa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk mengerat segala sesuatu, Itulah ketiga jenis senjata yang berbeda pada sang prebu, pada petani, pada pendeta. Demikianlah bila kita ingin tahu semuanya, tanyalah pandai besi."

    — Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII.

Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru kujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan lahir antara abad 9 sampai abad 12.
Bagian-bagian Kujang

Karakteristik sebuah kujang memiliki sisi tajaman dan nama bagian, antara lain : papatuk/congo (ujung kujang yang menyerupai panah), eluk/silih (lekukan pada bagian punggung), tadah (lengkungan menonjol pada bagian perut) dan mata (lubang kecil yang ditutupi logam emas dan perak). Selain bentuk karakteristik bahan kujang sangat unik cenderung tipis, bahannya bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam.

Dalam Pantun Bogor sebagaimana dituturkan oleh Anis Djatisunda (996-2000), kujang memiliki beragam fungsi dan bentuk. Berdasarkan fungsi, kujang terbagi empat antara lain : Kujang Pusaka (lambang keagungan dan pelindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak (sebagai alat upacara) dan Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang). Sedangkan berdasarkan bentuk bilah ada yang disebut Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan), Kujang Ciung (menyerupai burung ciung), Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango), Kujang Badak (menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga) dan Kujang Bangkong (menyerupai katak). Disamping itu terdapat pula tipologi bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.
Mitologi

Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah yang sangat luhur terhadap Kujang sebagai;

    Ku-Jang-ji rek neruskeun padamelan sepuh karuhun urang

Janji untuk meneruskan perjuangan sepuh karuhun urang/ nenek moyang yaitu menegakan cara-ciri manusa dan cara ciri bangsa. Apa itu?
Cara-ciri Manusia ada 5

    Welas Asih (Cinta Kasih),
    Tatakrama (Etika Berprilaku),
    Undak Usuk (Etika Berbahasa),
    Budi Daya Budi Basa,
    Wiwaha Yuda Na Raga ("Ngaji Badan".

Cara-ciri Bangsa ada 5

    Rupa,
    Basa,
    Adat,
    Aksara,
    Kebudayaan

Sebetulnya masih banyak falsafah yang tersirat dari Kujang yang bukan sekedar senjata untuk menaklukan musuh pada saat perang ataupun hanya sekedar digunakan sebagai alat bantu lainnya.
Sejarah Bentuk Kujang

Nilai Kujang sebagai sebuah jimat atau azimat, pertama kali muncul dalam sejarah Kerajaan Padjadjaran Makukuhan dan Panjalu. Tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Kudo Lalean(disebut juga Prabu Kuda Lelean di tanah Sunda dan Kerajaan Panjalu Ciamis). Prabu Kuda Lelean / Kudo lalean juga dikenal sebagai Hyang Bunisora dan Batara Guru di Jampang karena menjadi seorang petapa atau resi yang mumpuni di Jampang (Sukabumi).

Sejak itu, Kujang secara berangsur-angsur dipergunakan para raja dan bangsawan Kerajaan itu sebagai lambang kewibawaan dan kesaktian. Suatu ketika, Prabu Kudo Lalean tengah melakukan tapa brata di suatu tempat. Tiba-tiba sang prabu mendapat ilham untuk mendesain ulang bentuk Kujang, yang selama ini dipergunakan sebagai alat pertanian.

Anehnya, desain terbaru yang ada di benak sang Prabu, bentuknya mirip dengan Pulau “Djawa Dwipa”, yang dikenal sebagai Pulau Jawa pada masa kini. Nah, setelah mendapat ilham itu, segera prabu Kudo Lalean menugaskan Mpu Windu Supo, seorang pandai besi dari keluarga kerajaan. Ia diminta membuat mata pisau seperti yang ada di dalam pikiran sang Prabu. Mulanya, Mpu Windu Supo gusar soal bentuk senjata yang mesti dibuatnya. Maka sebelum melakukan pekerjaan, Mpu Windu Supo melakukan meditasi, meneropong alam pikiran sang prabu. Akhirnya didapatlah sebuah bayangan tetang purwa rupa (prototype) senjata seperti yang ada dalam pikiran Kudo Lalean.

Setelah meditasinya usai, Mpu Windu Supo memulai pekerjaannya. Dengan sentuhan-sentuhan magis yang diperkaya nilai-nilai filosofi spiritual, maka jadilah sebuah senjata yang memiliki kekuatan tinggi. Inilah sebuah Kujang yang bentuknya unik, dan menjadi sebuah objek bertenaga gaib. Senjata ini memiliki 2 buah karakteristik yang mencolok. Bentuknya menyerupai Pulau Jawa dan terdapat 3 lubang di suatu tempat pada mata pisaunya. Inilah sebuah senjata yang pada generasi mendatang selalu berasosiasi dengan Kerajaan Padjadjaran Makukuhan.

Bentuk Pulau Jawa sendiri merupakan filosofi dari cita-cita sang Prabu, untuk menyatukan kerajaan-kerajaan kecil tanah Jawa menjadi satu kerajaan yang dikepalai Raja Padjadjaran Makukuhan. Sementara tiga lubang pada pisaunya melambangkan Trimurti, atau tiga aspek Ketuhanan dari agama Hindu, yang juga ditaati oleh Kudo Lalea. Tiga aspek Ketuhanan menunjuk kepada Brahma, Vishnu, dan Shiva. Trinitas Hindu (Trimurti) juga diwakili 3 kerajaan utama pada masa itu. Kerajaan-kerajaan itu antara lain Pengging Wiraradya, yang berlokasi di bagian Timur Jawa; Kerajaan Kambang Putih, yang berlokasi di bagian Utara Jawa, dan Kerajaan Padjadjaran Makukuhan, berlokasi di Barat.

Bentuk Kujang berkembang lebih jauh pada generasi mendatang. Model-model yang berbeda bermunculan. Ketika pengaruh Islam tumbuh di masyarakat, Kujang telah mengalami reka bentuk menyerupai huruf Arab “Syin”. Ini merupakan upaya dari wilayah Pasundan, yakni Prabu Kian Santang(Dikenal juga dengan Nama Prabu Borosngora ,dan Bunisora Suradipati dari kerajaan panjalu), yang berkeinginan meng-Islamkan rakyat Pasundan. Akhirnya filosofi Kujang yang bernuansa Hindu dan agama dari kultur yang lampau, direka ulang sesuai dengan filosofi ajaran Islam. Syin sendiri adalah huruf pertama dalam sajak (kalimat) syahadat dimana stiap manusia bersaksi akan Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Dengan mengucap kalimat syahadat dan niat di dalam hati inilah, maka setiap manusia secara otomatis masuk Islam.

Manifestasi nilai Islam dalam senjata Kujang adalah memperluas area mata pisau yang menyesuaikan diri dengan bentuk dari huruf Syin. Kujang model terbaru seharusnya dapat mengingatkan si pemiliknya dengan kesetiannya kepada Islam dan ajarannya. Lima lubang pada Kujang telah menggantikan makna Trimurti. Kelima lubang ini melambangkan 5 tiang dalam Islam (rukun Islam). Sejak itulah model Kujang menggambarkan paduan dua gaya yang didesain Prabu Kudo Lalean dan Prabu Kian Santang. Namun wibawa Kujang sebagai senjata pusaka yang penuh “kekuatan lain” dan bisa memberi kekuatan tertentu bagi pemiliknya, tetap melekat.

Dalam perkembangannya, senjata Kujang tak lagi dipakai para raja dan kaum bangsawan. Masyarakat awam pun kerap menggunakan Kujang sama seperti para Raja dan bangsawan. Di dalam masyarakat Sunda, Kujang kerap terlihat dipajang sebagai mendekorasi rumah.

Konon ada semacam keyakinan yang berkait dengan keberuntungan, perlindungan, kehormatan, kewibawaan dan lainnya. Namun, ada satu hal yang tak boleh dilakukan. Yakni memajang Kujang secara berpasangan di dinding dengan mata pisau yang tajam sebelah dalam saling berhadapan. Ini merupakan tabuatau larangan. Selain itu, tidak boleh seorangpun mengambil fotonya sedang berdiri di antara 2 Kujang dalam posisi tersebut. Kabarnya, ini akan menyebabkan kematian terhadap orang tersebut dalam waktu 1 tahun, tidak lebih tapi bisa kurang.

NRMnews.com – BOGOR, Kujang adalah senjata tradisional unik dari Jawa barat khususnya Kerajaan Sunda Galuh Padjajaran yang mulai dibuat sekitar abad 8 atau 9 Masehi, yang pada awalnya merupakan alat pertanian.

Namun kemudian Kujang berkembang menjadi sebuah benda yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru tersebut yang kita kenal saat ini, diperkirakan lahir antara abad 9 – 12 Masehi.

Kujang merupakan Pusaka andalan Kerajaan Galuh Padjajaran, yang menjadi pegangan raja-raja besar Galuh Padjajaran, yang diantaranya adalah :

Prabu Lingga Buana, Prabu Niskala Wastu Kencana, Prabu Dewa Niskala, Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi, Prabu Surawisesa Jaya Prakosa dan seluruh raja-raja asli Sunda. Kujang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan, sekaligus juga melambangkan kekuatan, keberanian untuk melindungi diri dan hal kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan maupun cindera mata.

Beberapa peneliti menyatakan istilah Kujang berasal dari kata KUDIHYANG (Kudi dan Hyang) Kudi berasal dari bahasa Sunda Kuno yang berarti kekuatan gaib/ Sakti. Sedangkan Hyang bermakna Dewa. Bagi masyarakat Sunda bahkan lebih tinggi, dimana Hyang bermakna diatas Dewa. Hal ini tercermin dalam ajaran “ Desa Prebakti ” dalam naskah “ Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian ” disebutkan “ Dewa Bakti di Hyang ”. Maka secara umum Kujang adalah Pusaka, yang mempunyai kekuatan gaib sakti yang berasal dari para Dewa (Hyang).
"...Koleksi Kujang Padjajaran Abah Wahyu Afandi Suryadinata..." Photo By : Red NRMnews.com

“…Koleksi Kujang Padjajaran Abah Wahyu Afandi Suryadinata…” Photo By : Red NRMnews.com

Karateristik sebuah Kujang memiliki nama-nama bagian seperti, Papatuk/Congo (ujung kujang yang menyerupai panah), Eluk/Silih (lekukan bagian punggung), Tadah (lekukan menonjol pada bagian perut) dan Mata (Lubang kecil yang ditutup emas dan perak).

Kujang cenderung tipis, bahannya bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam. Pada masa Kerajaan Galuh dan Padjajaran, orang yang ahli dalam membuat Kujang disebut Guru Teupa.

Dalam proses pembuatannya seorang Guru Teupa, harus mengikuti aturan-aturan tertentu agar Kujang dapat berbentuk sempurna. Seperti waktu untuk memulai membuat Kujang yang dikaitkan dengan kemunculan bintang di langit atau Bintang Kerti.

Selama proses pembuatan harus melakukan olah tapa (Puasa), agar terlepas dari hal-hal buruk. Seorang Guru Teupa Kujang Padjajaran di Bogor, Abah Wahyu Affandi Suradinata.BSc menyatakan pada redaksi NRMnews.com, bahwa Ia masih melakukan semua rangkaian dalam proses pembuatan Kujang tersebut.

Menurut keterangan Abah Wahyu Affandi Suradinata, pada masa Padjajaran, Kujang hanya boleh dimiliki oleh orang-orang tertentu berdasarkan status dalam masyarakat seperti Raja, Prabu Anom (Putra Mahkota), golongan Pangiwan, golongan Panengan, golongan Agama, para Putri serta kaum wanita tertentu dan para Kokolot.
"...Koleksi Kujang Padjajaran Abah Wahyu Afandi Suryadinata ..." Photo By : Red NRMnews.com

“…Koleksi Kujang Padjajaran Abah Wahyu Afandi Suryadinata …” Photo By : Red NRMnews.com

Kujang bermata 9 hanya untuk pegangan para Raja. Mata 7 untuk para Mantri dangka/Prabu Anom dan para Pandita. Mata 5 untuk para Girang Seurat, Bupati Pamingkis dan Bupati Pakuan.

Mata 3 untuk para Guru Tangtu Agama dan Mata 1 untuk Pangwereg Agama. Pusaka Kujang terbagi empat (4) yaitu Kujang Pusaka (lambang keagungan dan perlindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak (untuk alat upacara), dan Kujang Pamangkas (untuk alat berladang).

Sedang berdasar bentuk bilah ada yang disebut Kujang Jago (bentuk ayam jago), Kujang Ciung (burung Ciung), Kujang Kuntul (burung Kuntul/bango), Kujang Badak (Badak), Kujang Naga (bentuk Naga) dan Kujang Bangkong (bentuk Katak).

Sehingga dalam menerima pesanan Kujang untuk pusaka, Abah Wahyu Affandi Suradinata, tidak sembarangan memberikan Kujang yang dipesan. Akan tetapi dilihat melalui nama dan hari lahir serta silsilah orang tersebut. Dan melalui olah Tapa Samadhi, untuk menentukan mana jenis Kujang yang cocok untuk orang tersebut. Kecuali bila Kujang dimaksudkan hanya untuk sekedar hadiah/cindera mata maupun Souvenir yang bersifat karya seni, maka tidak perlu melalui rangkaian tersebut.

Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah luhur terhadap Kujang sebagai ” Ku-Jang-Ji Rek nerusken padamelan sepuh karuhun urang (Janji untuk meneruskan perjuangan Sepuh karuhun urang/nenek moyang) “. Yaitu menegakkan cara ciri manusia yaitu welas asih (cinta kasih), Tata Krama (etika perilaku), Undak Usuk (etika berbahasa), Budi Daya Budi Basa, Wiwaha Yuda na Raga (Ngaji Badan), serta menegakkan cara ciri bangsa yaitu Rupa, Basa, Adat, Aksara dan Budaya.

“.. Prof. R. Roza Mintaredja, Saat Memperlihatkan Salah Satu Contoh Jenis Kujang Kiwari…” Photo By : Red NRMnews.com

Prof.R.Roza Mintaredja pimpinan Lembaga Adat Keraton Padjajaran di Bandung, yang ditemui redaksi NRMnews.com dalam suatu kesempatan, menyayangkan Kujang tidak sepopuler Keris.

Hal ini kemungkinan di karenakan kurangnya pemahaman masyarakat Sunda, terkait tentang Kujang itu sendiri, serta kurangnya peran serta masyarakat, dalam upaya turut mempopulerkan sekaligus mempromosikan Kujang tersebut.

Sebagai Lembaga Adat yang melembagai Hukum Adat Sunda dan Budaya Sunda, Lembaga Adat Keraton Padjajaran memperjuangkan agar Kujang dapat menjadi senjata yang masuk dalam kategori Pusaka, seperti Keris, sekaligus sebagai simbol masyarakat Sunda atau Jawa Barat, yang bukan hanya merupakan sebuah senjata biasa.

Dan sekarang ini beberapa golongan masyarakat mulai banyak yang menyukai Kujang. Baik sebagai koleksi pusaka maupun koleksi souvenir. Dan bukan hanya orang Sunda yang menjadi kolektor, bahkan juga ada yang datang dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lain. Namun memang belum semua lapisan masyarakat Sunda, kebanyakan mereka berasal dari kalangan Budayawan Sunda.

Pusaka Kujang ASLI dan BERTUAH

Pusaka Kujang ASLI dan BERTUAH - Kunjungi www.PusakaPrabuSiliwangi.com atau KLIK DI SINI

pusaka kujang


Jual Keris Pusaka Kujang Prabu Siliwangi Hasil Tarikan ...
www.kujangpusaka.com/Translate this page
Pusaka Kujang Siliwangi merupakan Keris Pusaka Kujang Prabu Siliwangi hasil penarikan gaib yang memiliki khodam macan putih, pusaka kujang dapat ...

Pusaka Kujang Sakti Prabu Siliwangi - BendaGhaib.Com ...
www.bendaghaib.com/?pusaka-kujang-sakti-prabu...Translate this page
Apa itu Pusaka Kujang Sakti Prabu Siliwangi? Pusaka Kujang Sakti Prabu Siliwangi ini didapatkan Kang Masrukhan hasil tarikan ghaib di petilasan Prabu ...

Kujang Pusaka Prabu Siliwangi Kuno Asli - YouTube
Video for pusaka kujang► 0:37► 0:37
www.youtube.com/watch?v=XhWGjz_seJM
May 3, 2014 - Uploaded by Toko Pusaka
Kujang Pusaka Prabu Siliwangi Kuno Asli Pusaka Kujang adalah Pusaka satu satunya milik Prabu ...

Kujang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
id.wikipedia.org/wiki/KujangTranslate this page
Indonesian Wikipedia
Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. ... Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai kekuatan ...

Pusaka Kujang Macan Putih Siliwangi - PusakaSakti.Com
www.pusakasakti.com/?5,pusaka-kujang-macan-putih...Translate this page
Keterangan Singkat Pusaka Kujang Macan Putih Siliwangi. Pusaka Kujang macan putih merupakan pusaka sakti bertuah yang khodamnya berwujud macan ...

pusaka kujang - Kujang Siliwangi
kujangsiliwangi.com/pusaka-kujang.htmlTranslate this page
Apa itu Pusaka Kujang Siliwangi? Pusaka Kujang Siliwangi Pusaka Kujang Prabu Siliwangi merupakan pusaka bertuah khodam pengikut Prabu Siliwangi.

Jual Jimat Keris Pusaka Kujang Prabu Siliwangi Sarana ...
www.kujangsiliwangi.com/Translate this page
Pusaka Kujang Siliwangi adalah salah satu bentuk khasanah (kekayaan) budaya milik nusantara asli dari Sunda. Sebagaimana keris berpamor dari Jawa, ...

Dhika Cahya - DISINI KALIAN AKAN TAU APA AGAMA ...
https://www.facebook.com/.../posts/45944189745234...Translate this page
Pajajaran mempunyai pusaka yaitu Kujang. Kujang bukan senjata seperti senjata-senjata dari daerah lainnya yang digunakan untuk menyakiti atau menyerang ...

KUJANG Simbol PUSAKA Kerajaan GALUH PADJAJARAN ...
nrmnews.com/.../kujang-simbol-pusaka-kerajaan-sund...Translate this page
Feb 24, 2012 - Kujang merupakan Pusaka andalan Kerajaan Galuh Padjajaran, yang menjadi pegangan raja-raja besar Galuh Padjajaran, yang diantaranya ...

Searches related to pusaka kujang

pusaka kujang kembar

pusaka kujang hitam

pusaka kujang cakra buana

pusaka kujang emas

pusaka kujang prabu siliwangi

kujang pusaka pajajaran

sejarah pusaka kujang kembar

pusaka kujang kembar prabu siliwangi